Minggu, 04 Maret 2012

Hah..!! Cacing ini Mampu Hidup Abadi

Makhluk hidup tentu memiliki usia hidup yang terbatas, dan tidak akan ada yang mampu bertahan hidup selama-lamanya. Namun, ilmuwan baru-baru ini menemukan spesies cacing pipih (planaria) berjenis aseksual yang mampu hidup 'abadi'.

Seperti yang dilansir Ibtimes, Rabu (29/2/2012), ilmuwan dari Nottingham University telah menemukan spesies cacing pipih aseksual yang mampu mengatasi proses penuaan sehingga berpotensi untuk dapat hidup selamanya.


Cacing yang menjadi objek penelitian ini terdiri dari dua jenis, diantaranya yang bereproduksi seksual dan aseksual. Proyek penelitian ini didanai oleh Biological Sciences Research Council (BBSRC) dan Medical Research Council (MRC). 

Diketahui bahwa, cacing planaria aseksual memiliki kemampuan untuk regenerasi sel yang dapat menggantikan jaringan tua atau rusak. Percobaan yang dilakukan mengungkapkan bahwa sel yang menua terkait dengan telomore (untaian dari DNA) yang memiliki ukuran panjang.

Ternyata, untuk tumbuh dan berfungsi normal, sel-sel dalam tubuh manusia pun harus tetap meregenerisasi untuk menggantikan sel-sel yang rusak. Selama proses tersebut, salinan materi genetik dikodekan dalam setiap sel ke calon generasi sel berikutnya.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Dr Aziz Aboobaker menunjukkan bahwa cacing planaria yang bereproduksi secara seksual tidak mampu mempertahankan panjang telomere dengan cara yang sama seperti halnya cacing planaria aseksual. Cacing Planaria mampu mempertahankan panjang telomere-nya tanpa batas waktu.

"Biasanya ketika sel-sel membagi diri untuk menyembuhkan luka, atau selama reproduksi maupun pertumbuhan, mereka mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan. Cacing planaria dan sel induk mereka entah bagaimana dapat menghindari proses penuaan" pungkas Dr Aboobaker.

"Penelitian menarik ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman dasar kita dari beberapa proses yang terkait dengan penuaan, dan membangun fondasi yang kuat untuk meningkatkan kesehatan dan potensi umur yang panjang di dalam kehidupam organisme, termasuk manusia." jelas Prof Douglas Kell, Chief Executive di BBRSC.


Sumber