Dia menggabungkan berbagai senjata seperti AK47, roket peluncur, pistol dan senjata lainnya dalam kreasi kursi yang luar biasa ini.
Seniman ceria yang berasal dari Mozambik itu, membuat pernyataan ironis tentang perang saudara selama 16 tahun yang melanda negaranya saat dirinya masih kecil. Perang tersebut memang sudah berakhir pada tahun 1992, tetapi senjatanya masih sering ditemukan oleh pihak berwenang.
Mabunda diperbolehkan menonaktifkan senjata tersebut untuk digunakan sebagai karyanya. Hasilnya, singgasana ini pun dipamerkan di Jack Bell Gallery di London, Inggris.
Karyanya merupakan perpaduan dari seni tradisional dan gaya modernis yang lebih dipengaruhi oleh Picasso dan Braque. Menurutnya, sebuah singgasana menandakan sebagai atribut kekuasaan, simbol seni dan suku tradisional etnis Afrika.
Melalui karyanya, dia mengomentari pengalaman masa kecilnya yang penuh dengan kekerasan dan absurditas dalam perang saudara di Mozambik. Singgasana yang dibuatnya terbuat dari amunisi dan persenjataan lain yang digunakan untuk efek mematikan selama perang.
"Konflik di Mozambik berakhir pada tahun 1992 dan mereka masih belum menemukan seluruh senjata yang pernah dipakai saat perang tersebut. Saya ingin mengubahnya menjadi sesuatu yang positif melalui seni, yang kini telah diterima dengan baik oleh masyarakat luas," ujarnya seperti dikutip Daily Mail, Selasa (13/3/2012).
Mabunda menambahkan, selain menjadi alat politik yang menggelisahkan rakyat, senjata tersebut bisa menjadi potongan-potongan fantastis dari seni kontemporer.