Rabu, 11 April 2012

Misteri Bunuh Diri di Gunung Fuji Jepang

Tingkat kasus bunuh diri di Jepang memang termasuk yang tertinggi di dunia. Tidak heran di sebuah hutan di Negeri Sakura itu, ditemukan sebuah tempat favorit untuk melakukan bunuh diri.

Hutan Aokigahara yang terletak kaki gunung Fuji bisa lokasi favorit dijadikan aksi bunuh diri. Kondisi hutan yang padat ditumbuhi dengan pepohonan, memungkinkan warga Jepang yang depresi dan kehilangan harapan melakukan bunuh diri di hutan ini.

Setiap tahun, pemerintah menemukan sekira 100 mayat bergelantungan di berbagai lokasi di hutan yang mengerikan itu. Sampai sekarang masih menjadi misteri mengapa ada orang yang melakukan bunuh diri di hutan. Sebelumnya, diketahui bahwa hal itu hanya terinspirasi dari novel.

Bahkan banyak sekali tulang belulang dari pelaku bunuh diri yang ditemukan di dalam hutan itu. Tak kurang tulang itu ditemukan dengan pakaian terakhir digunakan pelaku bunuh diri.

Azusa Hayano telah mempelajari selama 30 tahun mengenai kecenderungan orang-orang melakukan bunuh diri di dalam hutan. Meski pun pada akhirnya dia tidak dapat memahami maksud orang-orang itu.

Ahli geologi itu ternyata mendapatkan kesimpulan bahwa orang-orang yang bunuh diri di dalam hutan adalah mereka yang mengalami rasa putus asa yang sangat berat dan terpikir untuk tidak kembali menjalani hidup. 

Kebanyakan dari mereka percaya dengan datang ke hutan, pohon-pohon dapat memberikan petunjuk kepada alam bawah sadar mereka untuk mempertimbangkan apa yang selanjutnya akan dilakukan. 

Tetapi pada akhirnya, tidak sedikit mereka yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Meskipun ada sebagian dari warga yang pada akhirnya memilih untuk melanjutkan hidup.    

Hayano menyadari bahwa bunuh diri di Jepang memang telah terjadi selama bertahun-tahun. Ritual Harakiri atau tindakan bunuh diri yang biasa dilakukan oleh seorang samurai, merupakan bentuk ritual bunuh diri yang sudah umum dikenal. 

Tetapi ritual yang biasa terjadi di masa lampau itu, merupakan bentuk rasa tanggung jawab atau balasan dari seorang samurai karena mereka tidak mampu menjalankan tugasnya untuk membela bangsa. Aksi bunuh diri lainnya adalah Kamikaze. Bunuh diri ini tertanam di benak patriot Jepang dengan menabrakan diri bersama pesawat tempur ke arah lawan.

"Saya pikir tidak mungkin bagi masyarakat Jepang untuk meninggalkan gaya hidup secara heroik dengan melakukan bunuh diri," ujar Hayano seperti dikutip Daily Mail

Namun, Hayano percaya bahwa bunuh diri yang akhir-akhir ini terjadi, khususnya kasus yang terjadi di dalam Hutan Aokigahara adalah gejala dari cara hidup yang semakin impersonal. Tak kurang bunuh diri yang kerap dialami saat ini bersifat sangat individual yang muncul karena pengaruh internet.

"Sekarang kita terbiasa menjalani hidup kita secara online sepanjang hari, mulai belanja, berinteraksi dengan orang sampai bermain. Dengan begitu kita tidak bisa melihat wajah, membaca ekspresi dan mendengar suara orang lain. Hal itu yang menjadikan orang merasa hidup sendiri dan tidak punya pendamping hidup," tambahnya.