Kelompok-kelompok pembelot Muslim Uyghur yang tinggal di luar negeri, kemungkinan besar akan menggelar kekerasan di provinsi otonom ini. Petunjuk yang diungah di banyak situsweb milik pemerintah meminta para kader Partai Komunis pemeluk Islam membatasi kegiatan keagamaan selama bulan suci ini, termasuk berpuasa dan mengunjungi mesjid, seperti dikutip Al Jazeera dari beberapa kantor berita pada Rabu (1/8).
Provisni Xinjiang menjadi rumah bagi sekitar 9 juta warga Uyghur, sebagian besar pemeluk Islam, yang menuduh para pejabat China bertindak keterlaluan dengan menekan kegiatan politik dan keagamaan (Islam).
Wilayah Xinjiang diguncang kekerasan etnik berkali-kali, namun pemerintah China menampik disebut bertindak represif dan percaya kepada puluhan ribu pegawai negeri yang membantu jalannya pemerintahan daerah.
Sebuah pernyataan dari kota Zonglang di distrik Kashgar, provinsi Xinjiang, menyatakan bahwa “komite kota sudah mengeluarkan kebijakan menyeluruh untuk mempertahankan stabilitas sosial selama Ramadan. Bagi para kader Partai Komunis, pegawai negeri (termasuk yang sudah pensiun) dan pelajar untuk tidak berartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.”
Pernyataan tersebut diunggah pada situsweb Pemda Xinjiang, yang meminta pimpinan partai komunis membawa “hadiah” makanan bagi para pemimpin desa agar mereka makan siang selama Ramadan.
Perintah yang hampir sama diunggah di situsweb milik pemda setempat, seperti dinas pendidikan di kota Wensu yang mendesak sekolah-sekolah melarang murid-murudnya pergi ke mesjid selama bulan puasa.
Kelompok pembelot Uyghur dalam pengasingan yang tergabung dalam World Uyghur Congress (WUC) sudah mengingatkan bahwa kebijakan seperti ini akan membuat orang Uyghur malah lebih resisten terhadap segala aturan pemerintah China. “Dengan melarang berpuasa selama Ramadan, China menggunakan kaki tangan pemda untuk menekan orang Uyghur membatalkan puasanya,” kata Dilshat Rexit, juru bicara WUC.
Kerusuhan yang melibatkan etnik Uyghur mudah meletup. Orang Uyghur pernah bentrok di kota Urumqi dengan orang Han, yang merupakan mayoritas etnik di China, pada Juli 2009. Pemerintah China mencatat sebanyak 200 orang tewas dari kedua pihak yang tawuran.
Provinsi Xinjiang terletak bersebelahan dengan Pakistan dan Afghanistan yang beragama Islam. Etnik Uyghur adalah keturunan Turki yang beragam Islam. Mereka tinggal di Provinsi Xinjiang bersebelahan dengan Pakistan dan Afghanistan dan teguh menjalankan syariat Islam sejak mereka hijrah dari kawasan Asia Kecil (Turki), menempuh jalan darat yang disebut jalur sutera pada abad 9-10 Masehi. Meskipun sudah berabad-abad tinggal di Xinjiang, mereka tetap berbahasa Turki.
Orang Uyghur ekstrem yang tergabung dalam WUC di pengasingan, mempunyai kontak dengan East Turkistan Islamic Movement di Pakistan. Dari merekalah pembelot Uyghur belajar merakit bom sebelum memasuki provinsi Xinjiang untuk mengorganisir aktivitas teror melawan pemerintah China.
Pemerintah China kini bakal menghadapi perlawanan pembelot Uyghur, karena larangan menjalankan ibadah puasa ini sangat menyinggung perasaan umat Islam. Tekanan terhadap komunitas Uyghur oleh pemerintah China akan menimbulkan ketidak stabilan di negara itu.
Sedangkan kaum Uyghur akan bertambah solid karena telah tercipta musuh bersama dari golongan Han yang berkuasa. Sementara pelajaran pergolakan Timur Tengah yang dikipasi oleh kepentingan Zionis dan pebisnis (minyak dan senjata) Israel dan AS, makin membuat komunitas Uyghur lebih waspada terhadap kekuatan di luar mereka.
China yang semakin kaya, merasa kuat dan mampu melakukan ekspansi politik dan ekonomi. Dengan Vietnam mereka bertengkar soal kepulauan Paracel dan Spratly, dengan Jepang juga berantem soal pulau dan batas laut, dengan warga Uyghur Xinjiang juga sering tawuran. China yang kaya kini semakin high profile dan arogan.
Sumber
http://web.inilah.com/read/detail/1890531/larangan-berpuasa-xinjiang-bakal-picu-perlawanan
Ikuti @beritaaneh