Guru Emen, begitu biasa dipanggil. Siapa sangka, prestasinya yang mentereng, kini pemilik nama lengkap Emen Suwarman itu hanyalah seorang tukang pijat di tubuh Tim Persib Bandung.
Mengharumkan nama Timnas pada era 60-an adalah pencapaian tertinggi pria 73 tahun ini. Menjadi bagian dari Tim yang diidolakannya sejak kecil yakni Persib Bandung pernah dilakoni.
Si Kijang dari Majalengka ini, julukannya, mengawali karier bersama klub PSAD (Persatuan Sepak Bola Angkatan Darat).
Kehebatannya menggiring bola, Emen muda langsung mempersembahkan gelar juara lima kali berturut-turut di Kompetisi KADI (Kompetisi Angkatan Darat Indonesia).
Kehebatannya kala itu tak terbantahkan lagi. Bersinar bersama klub PSAD membuat, Thomas Wa pelatih Persib kala itu jatuh hati kepada pemain yang mengisi posisi sayap kanan atau kiri tersebut.
"Katanya lari saya cepat, jadi saya mudah obrak-abrik tim lawan dari sayap," ungkap pemain legendaris itu, kepada merdeka.com, Jumat (9/11).
Tanpa pikir panjang, kesempatan itu dia ambil. Apalagi cita-citanya untuk menjadi bagian dari Tim Nasional terbuka lebar bilamana bisa memperkuat tim sekaliber Persib Bandung.
"Masuk Persib adalah kebanggaan luar biasa. Dan itu saya dapatkan," terang Emen.
Di tubuh 'Maung Bandung' prestasinya kian cemerlang. Emen dengan kemampuannya yang kian matang sebagai pesepakbola muda membuat pelatih Timnas Indonesia asal Yugoslavia, Tony Puganic melirik bakatnya.
Tahun pertamanya di timnas atau 1962 silam, Guru Emen langsung memberikan gelar juara pada Turnamen International Merdeka Games di Kuala Lumpur-Malaysia. Di tahun yang sama Emen juga menjadi bagian dalam Timnas Indonesia dalam Asian Games yang digelar di Jakarta.
"Itu adalah tahun berkesan bagi saya," ungkapnya.
Ibarat kata, Emen 'mewakafkan' hidupnya pada sepakbola. Malang melintang di kancah International bersama Timnas Indonesia, dia dedikasikan kembali kepada tim Persib.
"Setelah lama di Timnas saya balik lagi ke Persib," ucapnya.
Hingga akhirnya Emen dipercaya untuk menjadi asisten pelatih bersama Jajang Nurjaman dan Pelatih Indra Tohir.
Sikapnya sebagai motivator, Emen mampu memberikan prestasi kepada Persib dengan menjuarai kompetisi terakhir Perserikatan PSSI 1993-1994 dan Liga Indonesia I 1994-1995.
Namun Ironis sesudah itu sedikit demi sedikit jasanya mulai tergusur. Kala itu Emen sempat beberapa kali menukar medali dengan beras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. "Sempat beberapa kali," singkat Emen.
Sekitar awal tahun 2000, Emen kembali ke Persib. Namun bukan sebagai pelatih, maupun pemain. Pria ramah ini menjadi masseur (tukang pijat) di tim Persib.
Ironis memang atas pencapaian yang didapat selama perjalanannya menjadi pesepak bola. Apalagi jika melihat prestasinya.
"Beberapa tahun saya sempat menjadi tukang pijit, sekarang juga masih tapi sudah mulai berkurang. Yang penting apa yang bisa dikerjakan saya kerjakan untuk Persib," kisahnya.
Guru Emen hanyalah satu cerita dari banyak atlet berprestasi yang terlupakan. Dia berharap apa yang menimpanya kini, tidak 'diwariskan' kepada pesepakbola saat ini.
Emen Suwarman adalah Pahlawan. Mantan Pesepakbola handal yang akan menularkan ilmunya kepada pesepakbola muda. Terlebih untuk Persib tempat dia mengabdi selama kurang lebih 50 tahun. Emen Suwarman, Dari Pemain Timnas, Pelatih, hingga Tukang Pijit.
Selamat Hari Pahlawan Guru Emen!