Laman

Jumat, 18 Januari 2013

4 Prediksi Mengerikan Dari Para Ahli Tentang Jakarta

 
Jakarta lumpuh. Sejumlah wilayah Ibu Kota banjir. Akibatnya, macet di mana-mana dan mengganggu aktivitas warga.

Kemarin Dan Hari ini, Jakarta lumpuh. Sejumlah wilayah Ibu Kota banjir. Akibatnya, macet di mana-mana dan mengganggu aktivitas warga.
Merujuk pada semakin parahnya banjir yang menggenangi kota Jakarta, apakah hal ini membenarkan prediksi para ahli di bidang kebumian. Para ahli pernah memprediksi Jakarta akan tenggelam.
Menurut para ahli, hal ini terjadi karena konstruksi tanah Jakarta sudah semakin terkikis dan lebih rendah ketimbang dataran laut. Sehingga pakar di bidang kebumian meramalkan, Jakarta tidak akan pernah lepas dari bencana banjir. Berikut analisisnya:

1. 2030 Jakarta diprediksi tenggelam
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) memprediksi Jakarta akan tenggelam pada tahun 2030. Prediksi ini menurut Walhi akan benar terjadi apabila tidak ada perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membenahi pembangunan yang mendukung keseimbangan ekologis.
Direktur Eksekutif Walhi Ubaidillah mengungkapkan, saat ini pembangunan di Jakarta sama sekali tidak mempertimbangkan faktor ekologis lingkungan. Hal ini terlihat dari pembangunan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dengan hanya sedikit memberikan ruang terbuka hijau.
Ubaidillah mengatakan, pemerintah DKI Jakarta mulai sekarang sudah harus memperhatikan keseimbangan ekologis dan menghentikan pembangunan proyek-proyek industrialis dan kapitalis seperti mal, apartemen dan perkantoran. “Kalau semua itu tidak dibenahi, Jakarta benar-benar akan tenggelam di 2030,” tegas Ubaidillah beberapa waktu lalu.

2. Pindah ke Pulau Seribu
Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam Andi Arief mengatakan, Jakarta akan tenggelam. Andi membeberkan dalam temuan para ahli, penurunan struktur tanah juga terus terjadi.
Sehingga bukan tidak mungkin suatu waktu Jakarta akan rata dengan air. Hal ini yang mengharuskan warga Jakarta mengungsi ke tempat lebih tinggi yaitu Pulau Seribu.
“Kalau dari para ahli, terjadi penurunan (tanah) terus menerus, pada saatnya nanti akan jauh lebih tinggi air laut (di banding Jakarta), tentu Jakarta masa depannya di Pulau Seribu, saya kira memang harus pindah tapi tidak harus sekarang,” tandasnya.
3. Diguncang gempa besar
Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam Andi Arief mengatakan, Ibu kota Jakarta berpotensi terjadi gempa besar. Temuan ini dihasilkan setelah para ahli di bidang kebumian melakukan riset atas Jakarta.
Andi menjelaskan, Jakarta termasuk daerah yang memiliki sesar aktif. Artinya memiliki potensi terjadi gempa dahsyat di darat. “Para ahli mengumpulkan riset tentang Jakarta. Jadi, Jakarta merupakan daerah tinggian tektonik, air tidak membentuk delta, lalu terjadi penurunan tanah. Selain itu, Jakarta teridentifikasi memiliki sesar aktif,” jelas Andi saat menghadiri diskusi publik bulanan (Bentang Bahari Baharu) yang diselenggarakan oleh Indonesia Maritim Institute dengan tema Informasi Cuaca Buruk dan Antisipasi di Sektor Maritim di Gedung Wisdome, Jakarta, Minggu (13/1).
Namun, kapan terjadinya gempa belum dapat dipastikan. Saat ini para ahli masih melakukan penelitian. “Siklus belum bisa dipastikan, sekarang sedang dicari paleo (sisa-sisa kegempaan). Pernah tahun 1699 terjadi gempa dahsyat di Jakarta, tapi apa itu epicentrumnya di Jakarta atau di Gunung Salak belum diketahui,” imbuhnya.
4. Jakarta Utara diprediksi paling rusak
Tim revisi peta gempa Indonesia mengatakan wilayah Jakarta Utara memiliki kontur tanah yang lunak, artinya bangunan di sana memiliki potensi jumlah kerusakan lebih besar jika gempa besar terjadi di sekitar wilayah Jakarta.

“Tanah di Jakarta Utara merupakan jenis tanah lunak, jadi kekuatan bangunan, karakteristik dan elemen dari struktur bangunan harus diperhatikan,” ujar ketua tim revisi peta gempa Indonesia, Mansyur Irsyam di Graha Krida Bhakti, Jalan Veteran Jakarta, Selasa (17/4) lalu.
Menurut Mansyur, kontur tanah lunak dapat memperbesar goyangan gempa hingga 4 kali lipat dari goyangan gempa awal di batuan dasar. “Jadi awalnya gempa itu berasal dari batuan dasar 350 meter di bawah permukaan tanah, kemudian merambat naik ke permukaan tanah hingga ke bangunan,” terang Mansyur.

Sumber