Sabtu, 06 April 2013

Banyak Pemerkosaan, Mahasiswi India Bikin Pakaian Dalam Berlistrik 3.800 KV

Maraknya kasus pemerkosaan di India mendorong sejumlah mahasiswi setempat untuk berinovasi dan menciptakan pakaian dalam anti-pemerkosaan. Dengan pakaian dalam ini, nantinya pelaku pemerkosaan akan terkena setruman listrik dengan daya sebesar 3.800 kilovolt jika menyentuh korban.

Tidak hanya itu, lingerie ini juga didesain khusus untuk secara otomatis mengirimkan SMS kepada polisi atau keluarga korban, ketika serangan terjadi. Terdapat juga lokasi GPS yang bisa digunakan untuk melacak keberadaan korban.

Pakaian dalam canggih ini didesain oleh sebuah tim yang beranggotakan sejumlah mahasiswi teknik mesin India. Demikian seperti dilansir Daily Mail, Kamis (4/4/2013).

Sensor tekanan yang ditanamkan dalam pakaian dalam tersebut, sengaja dipasang pada bagian cup payudara. Dengan demikian, sensor ini akan mampu mendeteksi gerakan atau tekanan secara paksa dan kemudian mengaktifkan kejutan listrik. Kejutan listrik tersebut mampu memberikan 82 kali sengatan listrik, yang lebih dari cukup untuk melumpuhkan si pelaku.

"Lingerie ini dilengkapi dengan GPS (Global Positioning System), sistem global untuk komunikasi selular dan juga sensor tekanan yang mampu mengirimkan kejutan listrik sebesar 3.800 KV, serta mengirim pesan peringatan kepada orangtua dan polisi," ujar Manisha Mohan yang tergabung dalam tim penemu pakaian dalam anti-pemerkosaan ini kepada The Times of India.

"Seseorang yang berusaha mencabuli seorang gadis akan mendapat kejutan dalam hidupnya ketika sensor tekanan diaktifkan dan GPS serta modul GSM akan mengirimkan SMS (ke nomor layanan darurat India) dan juga ke orangtua si gadis," imbuhnya.

Detail mengenai pakaian dalam anti-pemerkosaan ini dipublikasikan dalam situs teknologi India, Techpedia. Terlihat dalam ulasan tersebut, bagaimana papan sirkuit listrik sengaja dipasang di dekat cup payudara. Hal tersebut didasarkan pada survei yang menyatakan, kebanyakan pelaku pemerkosaan memegang korban pada bagian tersebut ketika hendak melakukan serangan.

"Belajar di sekolah khusus perempuan, kami diajar untuk selalu bersikap baik kepada setiap orang di sekitar kami dan menampilkan senyuman ceria. Namun setelah melangkah ke dunia nyata dan kejam, kami menyadari bahwa senyuman kami tidak bisa bertahan lama karena ancaman terhadap kepolosan dan integritas kami selalu membayangi," jelas Mohan.

"Karena anggota parlemen memerlukan waktu sangat lama untuk menetapkan undang-undang dan bahkan setelah itu, kaum perempuan tetap tidak aman. Maka, kami memulai ide pertahanan diri yang melindungi kaum perempuan dari kekerasan dan pelecehan seksual baik di tempat kerja maupun di lingkungan sosial," imbuhnya.

Beberapa bulan terakhir, India digemparkan oleh sejumlah kasus pemerkosaan. Termasuk kasus pemerkosaan brutal seorang mahasiswi India di dalam bus yang kemudian memicu protes internasional, dan diikuti dengan beberapa kasus pemerkosaan lainnya.

Yang terbaru, seorang turis asal Swiss dan asal Inggris menjadi korban kekerasan seksual ketika tengah berwisata di negara ini. Kasus-kasus seperti ini terang-terangan merugikan pemerintah, terutama sektor pariwisata yang dilaporkan mengalami penurunan cukup drastis.


Sumber
Detik News