Siapa yang menyangka kehidupan jalanan ternyata tak seburuk yang
dibayangkan. Di antara segerombolan pengamen, anak-anak jalanan,
pedagang asongan, yang kerap diidentikkan dengan minuman keras, ngelem
(menghirup aroma lem aibon), narkoba, free sex, dan sebagainya, masih
ada setitik cahaya yang
memberikan harapan bahwa dakwah di kalangan yang
dianggap termarjinalkan ini masih ada dan mungkin dilakukan. Salah
satunya adalah komunitas yang menamakan diri mereka Punk Muslim.
Punk Muslim berdiri pada Ramadhan 1427 H, hampir 3 tahun lalu, yang
digagas oleh seorang Budi Khoironi, yang akrab dipanggil Buce. Buce yang
jebolan pesantren ini menganggap masih ada harapan untuk memperbaiki
kondisi pemuda yang berada di komunitas punk yang sudah telanjur
dianggap hidup tanpa orientasi, antikemapanan, dan meninggalkan
agamanya.Susah payah Buce merangkul anak-anak punk dan mengajak mereka
kembali ke Islam, agama yang sebagian besar dianut oleh komunitas ini.
Pilihan Buce untuk hidup di jalanan adalah pilihan untuk menyentuh objek
dakwah yang tak pernah disentuh, yaitu anak-anak jalanan. Keprihatinan
dan kesukaan Buce terhadap musik dan kesenian sempat dituangkannya dalam
sanggar kesenian bernama Warung Udix Band, sekitar 8 tahun lalu. Di
sanggar inilah, anak-anak jalanan berkumpul untuk latihan band sekaligus
belajar mengaji. Namun ternyata, kedekatan Buce dengan komunitas punk
dan anak jalanan tidak berlangsung lama karena Allah swt memanggil Buce
pada Mei 2007. Buce meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Sebelum
meninggal, Buce telah menitipkan amanah untuk membimbing dan mengasuh
komunitas punk dan anak jalanan tersebut kepada Ahmad Zaki.
Buat Zaki, bergaul dengan komunitas punk dan anak jalanan ternyata
tak semudah yang dibayangkan. Pada awalnya, dirinya pun tidak diterima
oleh komunitas punk tersebut, tapi dengan usaha yang keras, Zaki pun
dapat melanjutkan tongkat estafeta dari Buce yang diembankan kepadanya.
Kuncinya hanya satu, Zaki selalu mengingat pesan Buce untuk tidak
menggunakan bahasa-bahasa yang terlalu elit dan bersifat menggurui
kepada komunitas itu. Walhasil, dalam percakapan, kata lu-gue sudah jadi
unsur wajib dalam bahasa yang mereka gunakan selayaknya sahabat, bukan
antara guru dengan murid.
Zaki melanjutkan usaha Buce dengan menggelar pengajian rutin untuk
anak-anak jalanan mulai 1428 H, seminggu dua kali, yaitu malam Selasa
untuk belajar membaca Alquran, dan malam Jumat untuk kajian keislaman
yang sifatnya diskusi dan berbagai ilmu tentang Islam. Menurut Zaki,
panggilan hatinya untuk membimbing anak-anak punk kembali ke Islam lebih
besar daripada janjinya kepada Buce untuk membina anak-anak punk
tersebut. Walhasil, meskipun jumlah peserta pengajian anak-anak jalanan
tersebut berkurang dari 50 orang hingga menjadi 20 orang, Zaki tetap
optimis karena itu adalah sunnatullah. Peserta pengajian itu berasal
dari berbagai profesi, usia, dan latar belakang pendidikan, seperti ada
yang hanya tamat kelas 2 SD hingga S1, berusia 15 hingga 28 tahun, dan
ada yang berprofesi sebagai pedagang asongan, pengamen, pelukis, bahkan
pemahat patung, ada yang laki-laki dan ada pula perempuan. Jumlah yang
sedikit itu tetap dioptimalkan Zaki untuk tetap mengingatkan mereka agar
menghindari hal-hal negatif dan menanamkan nilai-nilai akhlak Islami.
Salah satu upaya Zaki adalah dengan memanajemen band 'warisan' Buce
bernama Punk Muslim.
Punk Muslim (PM) beranggotakan Ambon, Asep, Mongxi, dan Lutfi.
Dahulu, Buce sempat menjadi vokalis Punk Muslim sebelum dia wafat.
Sepeninggal Buce, PM sebagai sarana dakwah anak-anak punk memfokuskan
tujuannya kepada dua hal, yaitu gerakan (movement) dan musik. Selain
pengajian, PM lebih menggali gerakan dan konsep musiknya lebih dalam
agar sarat makna dan kualitas yang lebih baik. PM telah mengeluarkan
album pertama bertajuk Soul Revolution dan sebanyak 1000 kaset album
tersebut dibagikan gratis kepada para peminat band yang beraliran
campur-campur ini: ngepunk, ngerapp, bahkan kadang etnik.
Punk Muslim telah manggung di beberapa mal dan kampus, seperti
Pangrango Plaza, Margo City, ITC Cempaka Mas, Univ. Indonesia, Institut
Pertanian Bogor, Univ. Negeri Jakarta. Selain itu, PM juga melayani
permintaan untuk pentas di komunitas punk, sekolah-sekolah, dan
pengajian rutin.
Kepiawaian PM dalam bermusik diasah setiap malam Jumat di rumah Ambon
di sekitar Vespa, Pulogadung, yaitu dengan latihan rutin. PM juga
dijuluki Nasyid Underground karena aliran musiknya yang banyak
menyuarakan syair Islami tapi dengan gaya punk. Alhamdulillah, seiring
berjalannya waktu, banyak kalangan yang dapat menerima gaya bermusik
Punk Muslim hingga permintaan albumnya pun membludak. Kini, PM sedang
merampungkan album kedua.
Zaki sebagai pengasuh PM pun melakukan berbagai variasi kegiatan
untuk komunitas ini, seperti mabit tiap dua bulan sekali, tafakur alam
setiap tahun, dan rekrutmen. Selain kegiatan tersebut, PM juga
kebanjiran agenda silaturahim, bulan lalu, PM jaulah ke komunitas punk
di Indramayu yang juga merasakan hidayah untuk kembali ke Islam dengan
meneladani PM di Jakarta.
Salah satu PR bagi Zaki dalam pembinaan komunitas punk ini adalah
meluruskan paradigma pergaulan yang lekat pada sebagian besar anak-anak
punk, misalnya soal free sex. Sebagian anak-anak punk mengakui telah
melakukan dosa besar dan ada pula yang menikah karena telah hamil. Ada
pula yang menjalani proses pernikahan dengan seorang muslimah penghafal
Alquran 18 juz, namun gagal karena beberapa alasan. Zaki mengakui,
intensitas pergaulannya dengan anak-anak punk juga mengundang kritik
dari berbagai pihak, misalnya dari keluarga dan sahabat. Tak sedikit
dari mereka juga enggan mengikuti Zaki untuk berdakwah di kalangan
minoritas tersebut. Namun, Zaki terus bertahan dan berharap ada
teman-teman dai yang mengikuti jejaknya. Terakhir, Zaki mengingatkan
dengan tulus, bahwa anak-anak punk dapat pula menjadi agent of change
jika saja ada yang terus membimbing dan mengarahkan mereka dalam
keislaman.
Punk Muslim dapat dihubungi lewat Ahmad Zaki di 0852 162 88 236 atau http://punkmuslim.multiply.com.
Sumber
http://www.eramuslim.com/berita/silaturrahim/punk-muslim-ketika-idealisme-punk-melebur-dengan-islam.htm