Selain menyatakan setidaknya 638 orang tewas, Kementerian Kesehatan Mesir juga menyebutkan tak kurang dari 4.000 orang terluka dalam insiden berdarah yang bermula dari upaya paksa pihak keamanan Mesir mengusir demonstran pendukung Presiden terguling Mesir Muhammad Mursi pada Rabu (14/8/2013).
Diperkuat kendaraan lapis baja dan buldoser, polisi anti-huru-hara Mesir menghancurkan perkemahan dan aksi duduk para demonstran di dua lokasi utama tempat pendukung Mursi telah menggelar aksi protes selama 6 pekan terakhir. Aksi pendukung Mursi berlangsung sejak militer menggulingkan kekuasaan Mursi yang terpilih dalam pemilu demokratis pada Juli 2012.
Kementerian Kesehatan Mesir dalam pernyataannya mengatakan, 288 korban tewas berasal dari perkemahan terbesar demonstran di distrik Nasr Kota Kairo. Sementara 90 korban tewas lain berasal dari perkemahan yang lebih kecil di al-Nahda Square di dekat Universitas Kairo. Selebihnya tewas dalam bentrok pendukung Mursi dan pasukan keamanan di beragam tempat.
Mohammed Fathallah, juru bicara kementerian, mengatakan sebelumnya bahwa tubuh berlumuran darah yang berderet di Masjid El Imam di kota Nasr tidak termasuk dalam korban tewas resmi. Tidak ada pernyataan yang memastikan apakah data terbaru ini sudah memasukkan korban tewas yang dikumpulkan di masjid tersebut.
Sementara itu, di dalam masjid, nama para korban tewas tertulis di kain kafan mereka. Sebagian jenazah terlihat bekas terbakar. Selain itu, nama 265 korban meninggal juga terpampang dalam selembar daftar yang ditempel di dinding masjid. Bau mayat tak tertahankan dari dalam masjid ini.
Banyak kalangan mengeluh pihak berwenang mencegah pemberian izin penguburan jenazah para korban ini, meskipun Ikhwanul Muslimin telah mengumumkan beberapa pemakaman diadakan untuk para korban yang telah teridentifikasi pada Kamis (15/8/2013). Fathallah membantah ada pencegahan pemberian izin itu.
Omar Houzien, relawan yang membantu mencari korban "pembantaian" itu, mengatakan, jenazah-jenazah tersebut dibawa ke dalam masjid dari pusat medis di perkemahan demonstran pada saat-saat terakhir penyapuan polisi ke perkemahan karena ada kekhawatiran jenazah itu akan dibakar polisi.
Terpisah, Pemerintah Mesir menguburkan 43 petugas kepolisian yang juga menjadi korban dalam insiden "Rabu berdarah" tersebut. Menteri Dalam Negeri Mohammed Ibrahim, yang juga membawahi kepolisian, memimpin langsung penguburan itu.
Meski data korban tewas yang dilansir Pemerintah Mesir sudah mengerikan, Ikhwanul Muslimin mengatakan, korban tewas sesungguhnya diperkirakan mencapai 2.600 orang. Korban luka pun mencapai 10.000-an orang.
Kecaman dan kutukan bertubi-tubi datang pada Pemerintah Mesir, baik dari kalangan Muslim maupun Barat, atas insiden "pembantaian" ini. Presiden Amerika Barack Obama juga sudah menyatakan membatalkan latihan militer bersama tahunan kedua negara meski tak ada pernyataan menghentikan bantuan 1,3 miliar dollar AS untuk militer Mesir ataupun menyebut penggulingan Mursi adalah kudeta.
Sumber
Kompas
Ikuti @beritaaneh